SKALA 2019 DAN FIELD TRIP

SKALA 2019 DAN FIELD TRIP

oleh : Reza Pandjaitan AL.2017

 

Seminar nasional keilmuan arsitektur lanskap atau yang lebih dikenal dengan SKALA adalah kegiatan mahasiswa arsitek pertamanan(arsitektur lanskap) di Universitas Udayana Bali yang rutin dilaksanakan setiap tahunya. SKALA adalah seminar dimana kita di jelaskan tentang pengetahuan-pengetahuan tentang arsitektur lanskap, dan pada tahun 2019 SKALA mengambil tema “Perancangan Lanskap Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Budaya”. Kali ini saya, Rezza Panjaitan dan Lorenzo Agustino Soget dari Universitas Tribuana TunggaDewi Malang, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan SKALA 2019 yang di laksanakan di Universitas Udayana pada hari Jumat tanggal 26 April 2019. Kegiatan kaliini tidak hanya meliputi seminas nasional saja tapi terdapat juga wrkshop dan field trip, hal ini menjadi nilai plus dari kegiatan tahun ini. Sebelum mengikuti kegiatan saya bersama Lorenzo berangkat menggunakan bis dari malang ke bali tepat sehari sebelum kegiatan dilaksanakan. Pada perjalanan menuju bali, bis yang kami naiki terjebak macet beberapa kali di Bali sehingga kami sedikit terlabat. Sesampainya di terminal bali (terminal ngawi) kami di sambut dan di jemput oleh kepanitiaan yaitu Pasek Mahesa dan temannya menggunakan mobil. Kami langsung menuju tempat seminar di karenakan sudah terlambat. Sesampainya kami di tempat seminar, saya dan lorenzo di sambut ramah oleh teman-teman panitia dari universitas udayana.

Pemateri pada SKALA 2019 adalah Ir. Daisy Radnawati, M.Si (akademisi, Dekan FTSP ISTN) dan I Ketut Suratman (Founder of CV. Rimba Bali Garden). Matri yang di bawakan oleh ibu Ir. Daisy Radnawati, M.Si adalah pendekatan perencanaan dan perancangan lanskap wisata budaya berkelanjutan. Padamateri ini kami dei jelaskan mengapa kita perli mengembangkan pariwisata berbasis budaya? Karena melalui pariwisata berbasis budaya, wisatawan, terutama wisatawan nusantara, dapat mempelajari tentang sejarah, kebudayaan, bahkan kesenian lokak sehongga dapat memahami dan mendalami dinamika perkembangan budaya, kearifan lokak, dan hasil ciptaan, karya dan karsa dari suatu masyarakat. Pengembangan wisata budaya juga harus memperhatikan 5 unsur penting dalam objek wisata. Dalam pendekatan peranacangn ada 4 hal yang penting untuk di lakukan yaitu interpretasi, motivasi, ekspektasi dan presepsi. Dari 4 hal tersebut kita dapat menentukan konsep desain kita nantinya. Tidak lupa pentingnya analisis juga di perlukan dalam pendesainan. Proporsi, irama, komposisi dan lain-lain juga menjadi hal yang harus kita perhatikan agar terjadinya keselarasan pada desain nantinya. Pada meteri kedua yang di bawa oleh I ketut Suratman membahas kebudayaan Bali yaitu Tri Hita Karana. Pembahasan kaliini dikaitan dengan penerapannya pada tapak contohnya seperti parahyagan, zona holistik/spiritual di terap pan pada tapak berupa tempat tample, spa, tempat meditasi/yoga dan lain-lainnya.

Sehabis materi ada wantu untuk beristirahat di selang acara dan waktu untuk sholat jumat bagi yang muslim. Pada waktu istirahat saya dan lorenzo berkenalan dengan banyak teman-teman dari himarskap udayana. Setelah seminar dan istirahat selesai, kegiatan di lanjutkan dengan workshop di pantai mertasari dengan peserta yang telah dibagikan kelompok. Kelompok yang telah dibagi dengan anggota kurang lebih ada 5-6 orang pada pada setia kelompoknya. Pada kelompok saya dan lorenzo dipisahkan agar dapat lebih membaur dengan teman-teman lainnya. Workshop yang diadakan membahas bagaimana kita mengelola dan menentukan konsep yang akan kita buat pada erea pantai mertasari dengan tenya jawab pada pemateri yang ikut yaitu I Ketut Seuratman. Sehabis kegiatan workshop kami pun pulang dan beristirahan, saya dan lorenzo menginap di penginapan yang sudah di siap kan oleh panitia. Penginapan denan rumah dan area yeng bertemakan Bali menjadi daya terik tersendiri bagi kami berdua.

Pada hari kedua kegiatan kita adalah field trip ke Puri Agung Ubut dan Pura Gunung Lebah. Pertama tama kami berkumpul di kampus Udayana terlebih dahulu den berkukumpul dengan kelompok yang telah di bagikan pada saat workshop. Untuk menuju Puri Agung Ubut kami menempuh perjalanan dengan 2 kendaraan, yang pertama dengan kendaraan panitia dan yang kedua dengan kendaraan tansportasi umum seperti bis yang di khususkan untuk wisatawan. Sesampainya di Puri kami langsung di pandu oleh pemandu yang ada di puri untuk menjelas kan beberapa hal dan area yang terdapat di puri. Puri adalah benteng yang dibangun oleh bangsawan, raja, atau terakat militer sebagai tempat tinggal pribadi(wikipedia bahasa indonesia). Dengan katalain puri adalah tempattinggal seorang raja, dikarenakan indonesia tidak lagi menerapkan sistem kerajaan maka istilah raja sekarang tidak di gunakan lagi dan diganti dengan Penglingsir (keturunan daari raja).

Puri ubut adalah salahsatu objek wisata yang terdapat di bali. Pada kunjungan kami ke Puri Agung Ubut kami mendpatkan kesempatan yang langka yaitu dapat masuk ke area puri lebih dalam lagi yang tidak dibuka untuk umum dan semua orang belum tentu bisa masuk. Selain dapat masuk lebih dalam lagi kami juga di sambut oleh penglingsir Puri Agung Ubut dengan raman dan senang. Kami juga di jelaskan beberapa fungsi bangunan yang ada seperti tempat pernikahan, tempat peristirahatan dan yang lainnya.

Setelah puas berkeliling dan melihat-lihat serta mendapatkan ilmu tentang budaya yang terdapat di Puri Agung Ubut dan di karenakan sudah semakin siang juga jadi kami bersama peserta lainnya melanjutkan field trip kami ke Pura Gunung Lebah. Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia (wikipwdia bahasa Indonesia). Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu. Di bali selain tempat untuk beribadah umat Hindu juga difungsukan sebagai tempat wisata, salah satunya adalah Pura Gunung Lebah. Pura Gunung Lebah adalah pura yang termasuk kategori pura kahyangan Jagat yang berarti semua umat Hindu dapat bersembahyang di Pura ini. Pada kunjungan kami ke sini kami harus menggunakan pakaian adat untuk masuk kedalam. pakaian saya dan lorenzo telah disiapkan oleh panitia, pada saat kami masuk matakami dimanjakan dengan pola-pola arsitektur yang khas dengan agama hindu dan sangan indah. Di dalam kami melihat-lihat bangungan dan teman-teman yang beragama hindu bersembahyang sebentar. Sesudah kami berkeliling dan melihat-lihat kami melanjutkan kegiatan kami untuk mengisi perut kami yang sudah mulai meminta makan. Kami singgah di suatu tempat makan yang menurut saya cukup menarik dikarenakan adanya taman yang indah yang di padukan dngan terasering. Setelah makan dan beristirahat kegiatan kami pun selesai. Tidak terasa kegiatan yang sangat asik dan seru ini dengan sangat cepat berlalu. Saya dan lorenzo pun kembali ke penginapan dengan di temankan oleh pasek mahesa untuk beristirahan dikarenakan besoknya harus balik ke malang.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *